Jumat, 17 Desember 2010

Depth Of Field (DOF)

Meskipun agak rumit, memahami dan mengerti aspek DoF dapat membantu Anda menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam karya Anda. DoF merupakan satu dari sedikit aspek fotografi yang menggunakan hitung-hitungan matematika yang rumit, tapi di artikel ini saya akan berusaha menjelaskannya dengan bahasa yang mudah di mengerti.
The area within the depth of field appears sharp while the areas in front of and beyond the depth of field appear blurry.
Apa itu DoF? Penjelasan sederhananya adalah sebuah area/bagian pada sebuah foto yang terlihat tajam. DoF ada dua, DoF luas dan DoF sempit. Sebuah foto dikatakan memiliki DoF luas apabila semua bagian/elemen dalam gambar itu memiliki ketajaman yang sama. Contohnya foto ini:
Image:Frühlingslandschft Aaretal Schweiz.jpg
Gambar ini tajam di semua bagian, dari foreground sampe ke background. Setiap elemen dalam foto ber-DoF luas memiliki keterkaitan sehingga kalau salah satu elemennya hilang, foto itu akan terlihat kurang menarik.
Kebalikannya adalah DoF sempit. Tujuan dari DoF sempit adalah membuat beberapa elemen foto terlihat menonjol dibandingkan yang lainnya.

dof
DoF dipengaruhi oleh tiga faktor utama:
  • Bukaan diafragma
  • Panjang fokus lensa yang digunakan
  • Jarak fokus utama dari kamera
Bukaan Diafragma
Aperture, bukaan, atau rana adalah ukuran pembukaan diafragma yang mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera. Biasanya dilambangkan dengan huruf f.
Angka bukaan umumnya merupakan urutan 1; 1.2; 1.4; 2; 2.8; 4; 5.6; 8; 11; 16, dan seterusnya.
Nilai bukaan merupakan perbandingan antara jarak fokus lensa dengan diameter lubang diafragma, yang biasanya dituliskan dengan format f/(nilai bukaan). Sebagai contoh, lensa 100mm, pada pengaturan bukaan 4 (f/4), mempunyai arti bahwa diafragma pada lensa tersebut sedang terbuka dengan diameter 25mm.
Karena bukaan adalah perbandingan antara jarak fokus lensa dengan diameter dari diafragma yang terbuka saat itu, maka untuk satu nilai bukaan (misalnya f/8) pada semua lensa (tidak tergantung dari panjang fokal lensa tersebut), akan meneruskan intensitas cahaya yang sama.
Angka bukaan yang kecil menyebabkan ruang ketajaman berkurang. Sebaliknya angka bukaan yang kecil akan menyebabkan ruang ketajaman bertambah.
Focal Length
Focal length atau Jarak fokus adalah ukuran jarak antara elemen lensa dengan permukaan film (atau sensor digital) pada kamera.
Lensa dengan panjang fokal besar akan memberikan sudut pandang yang sempit sehingga sebuah objek pada jarak jauh akan nampak menjadi lebih besar di dalam foto. Sebaliknya lensa dengan panjang fokus kecil memberikan sudut pandang tangkap lebih luas dan menyebabkan objek mendapat porsi lebih kecil di dalam foto. Panjang fokal yang bisa berubah-ubah sering diistilahkan dengan zoom.
Lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus. Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika kita mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa setengah dari semula).
Jarak fokus utama dari kamera
Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak objek. Jika kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih jauh - dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang tajam akan menjadi 9x lebar semula.
trus,
apakah DOF = fokus?? Bukan. DOF adalah RENTANG. kata lain dari rentang adalah RANGE.
DOF adalah sebuah ruangan. ruang di mana semua objek di dalam ruang tersebut akan terlihat fokus. jadi… fokus adalah akibat dari ruang tersebut. DOF bukan fokus-nya, tapi ruang-nya. DOF = Depth of Field. DEPTH…. kedalaman, jarak, antara, rentang.

Senin, 13 Desember 2010

Siapa bilang kamera saku tidak bisa untuk low light dan action photography?

Banyak menyangka bahwa kamera saku itu payah untuk fotografi di tempat yang gelap dan apalagi sudah gelap lalu subjek foto bergerak-gerak seperti pertunjukan tari. Saya pun tadinya menyangka demikian. Kemarin saya diundang untuk menghadiri acara seni budaya tiongkok, dan sepertinya merukapan suatu acara yang menarik karena kehadiran penyanyi dan grup tari kelas atas di negeri tiongkok.
Tapi hari itu saya malas membawa kamera DSLR, tentunya karena ukuran dan berat. Saya lalu membawa kamera saku terpercaya, Panasonic Lumix LX3. Saya pikir ya kalau foto-fotonya nanti jelek gak apa apa yang penting bisa menikmati acaranya.
Namun hasil yang saya lihat setelah saya memindahkan foto-foto tersebut ke komputer sungguh lumayan. Inilah pendapat dan tips saya mengenai perbedaan mengunakan kamera saku atau DSLR saat foto di tempat gelap dan action photography.

Perbedaan kamera saku dan kamera DSLR

Panasonic LX3 yang terpercaya
Panasonic LX3 yang terpercaya
Perbedaan utama yang saya rasakan tentunya pertama-tama adalah ukuran dan berat. Kamera saku jauh lebih kecil dan ringan daripada kamera DSLR dengan lensanya. Dengan ukurannya yang kecil, tidak menarik perhatian orang lain. Selain itu, kalau saya memakai kamera DSLR sering sekali saya memikirkan untuk mengganti lensa, sedangkan kalau memakai kamera saku, lensanya sudah fix ga bisa diganti jadi saya tinggal fokus untuk mengambil foto saja.
Karena sensor kamera saku yang kecil, kedalaman ruang menjadi besar, sehingga semua subjek dalam foto menjadi fokus dari ujung ke ujung meskipun bukaan yang dipakai besar. Hal ini tidak selalu demikian pada kamera DSLR. Sering kali yang didapat adalah subjek yang di fokus jelas, sedangkan yang menjauh dari subjek menjadi sedikit kabur. Seberapa besar kaburnya tergantung pada bukaan lensa yang dipakai.
Tentunya ada juga beberapa kekurangan kamera saku dalam foto jenis ini yaitu batere lebih cepat habis karena kamera saku memiliki batere yang berkapasitas kecil yang kira-kira hanya bisa foto sebanyak kurang lebih 100 foto saja (full charge). Sedangkan DSLR bisa sampai 300-400 foto sekali charge.
Selain itu, kamera saku juga tidak bisa menyaingi kualitas foto kamera DSLR dalam hal kualitas warna, pengendalian noise (bintik-bintik) pada foto di ISO tinggi. Namun, bila kebutuhan foto adalah untuk web ataupun cetak dalam ukuran kecil, sebenarnya agak susah membedakan foto yang diambil oleh kamera saku atau kamera DSLR.

Tips dalam mengunakan kamera saku

Gunakan mode manual supaya pencahayaan lebih optimal karena di foto sebuah pertunjukan seni, sering sekali kamera gagal menentukan setting bukaan dan kecepatan rana yang optimal. Biasanya foto akan menjadi terlalu terang sehingga muka orang menjadi putih semua. Bagi yang memakai kamera saku yang tidak memiliki mode manual, manfaatkan fungsi kompensasi eksposur.
Jangan aktifkan lampu kilat (flash) baik memakai kamera digital atau DSLR, karena hanya akan mengganggu performer dan juga penonton yang lain. Yang tidak kalah penting adalah penggunaan lampu kilat bisa menghilangkan suasana pertunjukan dan seni pencahayaan yang di desain khusus.
Bila memakai flash, suasana pencahayaan seperti ini tidak akan terekam
Bila memakai flash, suasana pencahayaan seperti ini tidak akan terekam
Timing saat menjepret sangat penting untuk membuat foto yang optimal. Kecepatan auto fokus kamera saku biasanya lebih lambat dari kamera DSLR, oleh sebab itu, pre-fokus akan sangat membantu. Arti pre-fokus adalah memencet setengah dari tombol jepret (shutter) dan kemudian tekan sampai penuh saat defining moment (saat-saat menentukan) itu tiba.
Setting shutter speed (kecepatan rana) sesuai kondisi juga penting. Shutter speed menentukan banyaknya cahaya yang masuk ke kamera, dan juga merekam efek gerakan. Kalau ingin menangkap efek gerak, maka gunakan shutter speed rendah, seperti 1/4 detik, tapi kalau ingin membekukan foto, pakai shutter speed relatif cepat, seperti 1/100 detik atau lebih cepat lagi.
Untuk merekam efek gerakan kipas, saya mengunakan shutter speed lambat (1/4 detik)
Untuk merekam efek gerakan kipas, saya mengunakan shutter speed lambat (1/4 detik)
Karena lensa kamera saku biasanya tidak bisa zoom begitu jauh dan meskipun bisa jauh, biasanya bukaan maksimalnya kecil (akibatnya kualitas foto menurun terutama di kondisi ruangan yang gelap). Maka sebaiknya mengambil foto dari jarak yang dekat. Maka itu jangan sias-siakan apabila Anda berkesempatan untuk duduk di deret paling depan.
Yang terakhir adalah jangan takut menggunakan ISO tinggi bila memang diperlukan untuk meningkatkan shutter speed. Meski akan banyak bintik-bintik pada hasil akhir foto, tapi jangan kuatir karena hal ini menambah efek artistik foto atau bisa di muluskan saat post-processing melalui software pengolah foto. Lebih baik menangkap momen daripada takut foto banyak noise.
Oke, demikian pengalaman dan tips saya tentang memakai kamera saku untuk foto action photography, semoga bisa bermanfaat. Dibawah ini contoh foto-foto di acara serupa.
Mongolian bowl dance
Kamera saku berlensa lebar memungkinkan untuk merekam semua penari di atas pentas.
Mongolian dance
Pose ini hanya berthan 1-2 detik, jadi antipasi yang baik dibutuhkan
a Lu A Zhou
Jangan lupa memutar kamera Anda apabila adegan lebih pas di ambil dengan orientasi vertikal
Dari penari yang paling depan sampai yang paling belakang, semuanya tajam. Hal ini karena kedalaman ruang kamera saku yang 7-8 kali lebih daripada kamera DSLR meski lensa yang dipakai berbukaan besar..
Dari penari yang paling depan sampai yang paling belakang, semuanya tajam. Hal ini karena kedalaman ruang kamera saku yang 7-8 kali lebih daripada kamera DSLR meskipun lensa yang dipakai berbukaan besar..

Selasa, 30 November 2010

Fitur kamera apa yang penting?

Banyak produsen menjejalkan banyak fitur dalam kamera DLSR dan kompak kamera. Mereka melakukan itu untuk mengatasi pesaing dan bagian dari itu untuk tujuan pemasaran. Memang ada beberapa fitur yang penting, ada juga yang tidak berguna seperti yang kita pikir. Saya akan membahas yang fitur yang penting bagi Anda untuk dipertimbangkan sebelum Anda membeli kamera Anda.

Ukuran sensor (bukan resolusi gambar)

Banyak orang awam mengira semakin tinggi megapixel sebuat kamera, maka akan semakin baik kualitas fotonya. Tapi sebenarnya anggapan itu salah. Kualitas gambar lebih terkait pada ukuran sensor. Semakin besar sensor, semakin tinggi kualitas foto. Misalnya, kamera saku lebih baik daripada kamera ponsel tapi tidak lebih baik dari kamera digital SLR.
Untuk mencetak 5X7 “foto atau lebih kecil, 3 megapiksel gambar cukup memadai, jika Anda perlu untuk mencetak 8X10, 6 megapiksel cukup baik.
Resolusi terlalu tinggi, juga bisa membuat gambar yang Anda ambil menjadi mudah menjadi kabur/blur. Untuk itu diperlukan setting kecepatan rana (shutter speed) sebagai kompensasi.
Jadi, sementara lebih megapiksel yang baik, tapi terlalu banyak megapiksel di sensor ukuran yang sama bisa menjadi masalah. Kualitas gambar akan memburuk (karena adanya bintik2 atau disebut juga noise) ketika Anda tembak di setting ISO tinggi.
Kepentingan: 10 / 10

Layar LCD (hi-res, putar)

Layar LCD lebih besar biasanya lebih baik. Hi resolusi (460k atau 920k) adalah lebih baik daripada 230k (standard). Beberapa kamera memiliki layar LCD putar. Layar semacam ini sangat membantu terutama jika Anda mengkomposisikan gambar menggunakan layar LCD bukan jendela bidik. Tapi saya tidak antusias karena biasanya ukuran layar menjadi lebih kecil baik bentuk dan resolusi.
Layar kamera DSLR yang hanya 230k, sulit untuk memeriksa apakah gambar Anda dalam fokus / kabur atau tidak di layar. Dengan 910k, itu lebih jelas tapi tetap bukan cara terbaik untuk memeriksa gambar.
Pentingnya, kepentingan: 5/1o

Pengambilan gambar secara terus menerus

Fitur ini penting jika Anda mengambil foto olahraga, performa atau satwa liar. Saya rekomendasikan untuk mendapatkan kamera yang dapat mengambil gambar minimal 5 fps (gambar per detik). Hal ini juga berguna untuk merekam satwa liar. Untuk masih fotografer, potret dan pemandangan, ini mungkin tidak begitu penting. 2,5-4  fps mungkin cukup baik.
Kepentingan: 8 / 10 untuk fotografer olahraga, wartawan foto atau satwa liar, 3 / 10 untuk fotografer lainnya.

Sistem Auto Focus (jumlah poin dan pelacakan)

Seperti kecepatan pengambilan gambar terus menerus cepat, sistem fokus otomatis sangat penting dalam fotografi olahraga, satwa liar atau foto tugas jurnalistik.
Kepentingan: 9 / 10 untuk wartawan foto, fotografer olahraga dan satwa liar 5 / 10 untuk fotografer lainnya.

Bodi kamera: kualitas dibangun / penanganan / ergonomis / ukuran

Ini adalah aspek yang paling penting Anda ingin memeriksa dan berpikir dengan hati-hati ketika membeli kamera apakah digital SLR atau kamera kompak. Sebagai contoh, jika Anda sering shooting di kondisi lingkungan yang keras, Anda mungkin ingin cuaca segel / kamera tahan air. Di sisi lain, jika Anda bepergian, Anda mungkin ingin sistem kamera yang ringan dan mudah digunakan.
Ergonomis juga sangat penting faktor elemen kunci dalam menentukan kamera terbaik. Setiap orang memiliki tangan yang berbeda ukuran dan bentuk. Jadi, sementara kamera yang mungkin cocok dengan tangan teman baik, mungkin tidak cocok tangan Anda dengan baik. Cara terbaik adalah untuk mencoba kamera sebelum Anda membelinya.
Kepentingan: 9 / 10

Built-in image stabilization

Built in camera image stabilization ini cukup penting karena banyak lensa tidak memiliki image stabilization, terutama perdana / tetap panjang fokus lensa. Walaupun telah banyak lensa lensa berbasis image stabilization yang memungkinkan Anda untuk melihat efek stabilisasi dalam jendela bidik, banyak dari lensa IS tidak murah.
Kepentingan: 6 / 10

Jendela Bidik

Banyak orang mungkin mengabaikan jendela bidik. Berdasarkan pengalaman saya, jendela bidik (kualitas dan ukuran) adalah sangat penting. Umumnya ada dua jenis jendela bidik, penta prisma dan cermin. Jendela bidik cermin biasanya digunakan dalam pemula / entry level kamera DSLR, dan penta prisma biasanya digunakan dalam kamera yang lebih canggih. Jendela bidik penta prisma jauh lebih terang dan lebih besar dari jendela bidik cermin.
Anda juga perlu memeriksa ukuran jendela bidik dan pembesaran. Beberapa kamera DSLR memiliki jendela bidik yang sangat kecil yang sulit untuk melihat. Ketika Anda melihat jendela bidik, kelihatannya seperti sebuah terowongan.
Jendela bidik penting untuk kamera digital SLR karena Anda akan mengkomposisikan gambar Anda menggunakan jendela kecil ini. Untuk pengguna kamera saku, mungkin tidak relevan karena Anda akan menggunakan kembali layar LCD sebagai gantinya.
Kepentingan: 7 / 10

Live view dan Movie Mode di kamera DSLR

Pada tahun 2008, sebagian besar kamera sudah memiliki live view mode, yang memungkinkan Anda untuk menyusun dan fokus menggunakan layar LCD bukan viewfinder. Live view mode ini sangat membantu dalam beberapa jenis fotografi seperti still life dan close up. Tapi untuk penggunaan umum, dengan menggunakan jendela bidik jauh lebih baik karena Anda melihat frame secara langsung melalui lensa dan fokus otomatis kecepatan 4-5 kali lebih cepat.
Kepentingan: Umum: 3 / 10, fotografer Makro: 8 / 10
Ada juga banyak kamera DSLR yang memiliki modus video. Kamera ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan camcorder biasa. Jika Anda seniman multimedia, Anda mungkin menyukai kamera yang memiliki modus video, tetapi jangan mengharapkan operasi dan merekam video pada kamera DSLR akan mudah. Banyak fitur video di kamera dSLR masih sangat primitif terutama auto fokusnya, dan hanya satu atau dua yang memiliki pilihan kendali eksposur secara manual.
Kepentingan: Untuk fotografer umum: 2 / 10, Untuk seniman multimedia : 8 / 10, Untuk wartawan: 7 / 10

Pengolahan foto dalam kamera

Beberapa kamera DSLR kamera menawarkan beberapa dalam pengolahan foto seperti seni di Olympus, efek miniatur di D3000 Nikon, Auto HDR (High Dynamic Range) di Pentax dan Sony yang bisa menggabungkan beberapa gambar menjadi suatu gambar panorama di kamera saku. Ini adalah pilihan yang baik untuk memiliki untuk pemula yang ingin membuat foto kreatif tanpa harus memiliki pengetahuan tentang editing gambar di komputer. Tetapi bagi kebanyakan fotografer, ini berlebihan. Kebanyakan pengolahan foto di kamera memerlukan waktu proses yang lambat (sekitar 5-10 detik) untuk memproses satu foto dan juga cukup menguras baterai.
Kepentingan: 2 / 10

http://www.infofotografi.com/blog/2009/10/fitur-kamera-apa-yang-penting/

Teknik menggunakan lampu flash eksternal

Ada beberapa teknik pengunaan lampu kilat yaitu bounce flash, diffuse flash, direct flash, off camera flash.
Teknik bounce flash (pantul)
Tujuan mengunakan teknik ini adalah untuk memantulkan cahaya dari flash ke permukaan yang lebih besar seperti langit-langit atau dinding. Dengan memantulkan cahaya dari flash, maka cahaya ruangan yang ada menjadi lebih merata dan halus. Teknik ini baik digunakan di dalam ruangan dengan langit-langit yang tidak terlalu tinggi.
Teknik Diffuse Light (menyebarkan cahaya)
Tujuannya sama dengan bounce yaitu membuat cahaya lebih merata dan halus. Teknik ini bisa dicapai dengan mengunakan aksesori seperti Gari Fong lightsphere atau stofen omnibounce. Dengan salah satu aksesori ini, kita bisa menyebarkan cahaya ke seluruh arah. Teknik ini baik digunakan di dalam ruangan yang relatif kecil.
Teknik Direct Flash (langsung)
Cara mengunakan teknik ini adalah dengan mengarahkan flash langsung ke subjek. Biasanya hasil dari direct flash cukup kasar, maka dari itu sering dihindari. Tapi kalau kita tidak bisa melakukan teknik bounce atau diffuse karena keterbatasan lingkungan, maka teknik ini bisa dilakukan.
Teknik Off Camera Flash
Tujuan teknik ini adalah untuk menghasilkan cahaya yang tearah pada suatu subjek. Misalnya dalam potret manusia, mengunakan teknik ini dengan benar dapat menghasilkan foto objek seperti tiga dimensi. Untuk mengunakan teknik ini, diperlukan penghubung antara kamera dan lampu kilat. Alat penghubung antara lain seperti kabel sinkronisasi (cable sync flash), atau wireless trigger (alat pemantik nirkabel). Dengan adanya alat penghubung, kamera bisa mengatur satu lampu kilat ataupun beberapa lampu kilat yang disusun dalam beberapa kelompok.  Ada beberapa kamera digital SLR tingkat menengah seperti Nikon D90 dan Olympus E-620 memiliki wireless trigger built-in sehingga tidak memerlukan alat penghubung tambahan. Tapi biasanya, fitur ini ada kelemahannya seperti jangkauan yang pendek dan tidak terlalu bisa diandalkan di setiap situasi.
Sebagai fotografer, kita dituntut untuk bisa menyadari dan memilih teknik terbaik tergantung situasi, kondisi dan hasil yang ingin dicapai.

http://www.infofotografi.com/blog/2009/07/teknik-menggunakan-lampu-kilat-eksternal/

Jenis jenis lensa

Lensa terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan focal length / rentang lensa.
Lensa Prime atau Fixed focal length
Prime lens adalah lensa yang hanya memiliki satu rentang fokal sehingga tidak bisa zoom. Lensa prime terkenal untuk potret, kegiatan olahraga dan lain-lain. Beberapa lensa prime yang sering terkenal dan sering digunakan yaitu 50mm, 85mm, 135mm, dan 300mm.
Lensa Standard Zoom
Lensa ini disering disebut juga lensa jalan-jalan. Lensa ini biasanya mempunyai rentang fokal antara 16-85mm. Rentang fokal ini sangat fleksibel dan 80% dari foto Anda kemungkinan di jepret mengunakan lensa ini. Contoh: Canon 18-55mm f/3.5-5.6 IS, Nikon 18-55mm f/3.5-5.6 VR, Nikon 16-85mm f/3.5-5.6 VR, Pentax 16-50mm f/2.8 dan sebagainya.
Wide Angle Zoom
Lensa Wide Angle zoom adalah lensa yang populer bagi fotografi pemandangan atau arsitektur karena kemampuan lensa ini untuk menangkap bidang yang luas dengan perspektif yang dinamis. Contoh: Sigma 10-20mm, Canon EF-S 10-22mm, Tokina 12-24mm, dan sebagainya.
Telephoto Zoom
Lensa Telephoto ini dapat membuat objek yang jauh terasa dekat. Sangat populer dikalangan fotografer binatang liar, olahraga, fotojurnalistik dan banyak lagi. Lensa ini juga populer untuk potret karena kemampuannya dalam mengkompresi latar bekalang sehingga model Anda terlihat lebih enak dipandang. Biasanya lensa telephoto rawan getar, maka dari itu lensa telephoto zoom yang memiliki Image stabilization sangat dianjurkan. Contoh: Canon 55-250mm IS, Sony 70-200mm f/2.8, Pentax 65-250mm f/4, Sigma 50-500mm dan sebagainya.
Lensa Superzoom (lensa sapu jagat)
Lensa ini seperti gabungan dari lensa standard zoom dengan telephoto zoom. Rentang fokal lensa ini sangat lebar, dari 18mm sampai telephoto 200mm bahkan ada yang sampai 270mm. Karena itu, lensa ini sangat populer untuk lensa jalan-jalan dan travel. Ideal untuk orang yang tidak ingin mengganti-ganti lensa. Kekurangan lensa ini yaitu pada kualitas optiknya secara umum tidak seprima lensa standard atau lensa telephoto.
Lensa Makro
Lensa Makro adalah lensa ideal untuk mengambil foto close-up atau detail shot dari benda-benda berukuran kecil, misalnya perhiasaan, bunga, serangga, dan sebagainya. Lensa makro mampu membesarkan objek yang difoto dan menangkap detail dan warna dengan tajam. Lensa Makro kadang dipakai untuk potret karena rentang fokal lensa makro biasanya sekitar 90-200mm. Tapi banyak yang tidak menyukai hasil foto potret dengan mengunakan lensa makro karena terlalu tajam, sehingga ketidaksempurnaan dalam kulit menjadi terlalu ketara di foto. Pada umumnya lensa Makro yang baik bukan lensa zoom melainkan prime.
Demikian tipe-tipe lensa umum yang Ada, semoga membantu Anda dalam memutuskan lensa yang paling cocok digunakan untuk kesempatan yang ada.

Mengapa saya menyukai lensa lebar

Sejak beberapa tahun yang lalu, saya telah menggunakan berbagai jenis lensa, dari lensa lebar, normal dan telefoto. Diantara lensa-lensa tersebut yang paling saya sukai adalah lensa lebar. Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi mengapa saya menyukai lensa lebar.
Tetapi, pertama-tama, saya pikir lebih baik untuk membatasi definisi lensa lebar. Saya menganggap 24mm ke 35mm (dalam format full frame atau 35mm adalah rentang lensa lebar). Bila lebih lebar dari itu, akan saya namakan lensa sangat lebar, dan bila lebih sempit dari itu, akan saya namakan lensa telefoto.
Jika Anda memiliki kamera digital SLR, Anda berkesempatan besar untuk memiliki lensa sudut lebar karena dalam setiap pembelian kamera baru biasanya Anda juga mendapatkan lensa 18-55mm (setara dengan 27-88mm dalam kamera full frame). Jadi jika Anda mengambil gambar di rentang 18 sampai 24mm dengan lensa itu, Anda sedang mengambil foto yang dengan sudut lebar.
Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa saya suka mengunakan lensa dengan sudut lebar:

Sudut pandang

Saya memulai fotografi ketika saya masih kuliah. Saya saat itu berpartisipasi di koran kampus. Waktu itu, saya secara rutin ditugaskan untuk mendokumentasikan acara di sekitar kampus. Karena ruang halaman koran yang terbatas, saya harus mengambil satu atau dua foto yang dapat menceritakan acara tersebut. Oleh karena itu, dengan mengambil gambar sudut lebar saya dapat memasukan banyak informasi dalam satu atau beberapa foto.
Kemudian, saya menemukan bahwa saya bisa memperoleh sudut pandang yang menarik dengan menggunakan lensa sudut lebar. Dengan lensa lebar, saya bisa membuat foto yang menyiratkan ilusi tiga dimensi atau kedalaman, maka itu, pemirsa akan merasa seperti berada atau menyaksikan acara tersebut secara langsung.
Diambil dengan sudut 24mm - Mahasiswa mahasiswi baru di Universitas Bucknell saat orientasi mahasiswa baru
Diambil dengan sudut 24mm - Mahasiswa mahasiswi baru di Universitas Bucknell saat orientasi mahasiswa baru

Kedalaman lapangan fokus (depth of field)

Secara teknis, mengambil gambar dengan sudut lebar juga memberikan beberapa manfaat. Pertama, kedalaman lapangan fokus lebih besar daripada jika Anda menembak di sudut normal atau telefoto. Ini sangat membantu ketika Anda mengambil foto kelompok orang dalam situasi cahaya yang redup. Karena dengan bukaan yang lebih besar daripada lensa telefoto, Anda bisa mendapatkan foto yang tajam dari ujung ke ujung.
Karena jarak fokus yang pendek, Anda dapat mengambil foto dalam kecepatan rana lebih lambat dan masih mendapatkan gambar yang tidak blur bila subjek tidak bergerak. Sebagai contoh, ketika Anda mengambil gambar di 28mm, Anda bisa menembak dengan kecepatan 1/30 detik. Dengan teknologi stabilisasi gambar (IS, VR, OS, dll), Anda bahkan dapat mendapatkan dua atau tiga stop lebih lambat! Di sisi lain, jika Anda mengambil gambar dengan lensa telefoto seperti 100mm, Anda membutuhkan setidaknya 1/100 atau 1/160 detik untuk menjaga foto bebas dari blur akibat goyangan kamera.

Tantangan

Jika digunakan secara tidak tepat, lensa sudut lebar dapat membuat distorsi yang tidak diinginkan. Wajah bisa lebih lebar dan hidung menjadi lebih besar dari kenyataan. Ketika Anda menembak foto pemandangan, penembakan di sudut lebar rentan terhadap flare dan penyimpangan kromatik.
Tapi mungkin kesalahan yang dibuat pemula adalah memasukkan elemen lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Subjek utama yang difoto menjadi terlihat kecil. Tapi ini bisa dihindari dengan mendekati subjek foto.
Tetapi ketika Anda mendekat dengan subjek, sudut pandang Anda akan berubah secara dramatis dan distorsi akan muncul. Jadi, Anda perlu mencari posisi yang tepat untuk meminimalisir efek distorsi atau membuat distorsi bekerja untuk Anda, bukan melawan Anda. Misalnya, Anda dapat menggunakannya untuk mengambil potret wajah anak-anak yang lucu lucu.
Secara pribadi, saya pikir tantangan adalah hal yang baik karena memaksa Anda untuk menjadi seorang fotografer yang lebih baik. Tantangan yang cukup akan membuat Anda termotivasi dan meningkatkan kualitas fotografi Anda. Bila Anda melakukannya dengan benar, niscaya foto Anda akan lebi menonjol daripada hasil fotografer yang lain.

Serba Guna

Terakhir, memotret dengan sudut lebar menarik karena sifatnya yang serbaguna, Anda dapat menggunakannya untuk foto pemandangan, fotografi jurnalisme, potret, pernikahan, dan arsitektur. Banyak pilihan lensa sudut lebar yang tersedia di pasar, termasuk lensa kit yang dibundel bersama kamera digital SLR Anda. Jika Anda memiliki lensa tersebut, saya sarankan Anda untuk berlatih untuk mengambil foto dengan lensa lebar. Selamat mencoba!

http://www.infofotografi.com/blog/2010/04/mengapa-saya-menyukai-lensa-lebar/

Peranan filter di dunia digital fotografi

Kadang-kadang, ada yang menanyakan dan meminta saya untuk membahas tentang filter. Ironisnya, saya sendiri tidak memakai filter, dan dalam tulisan ini saya akan menjelaskan sedikit banyak tentang filter dan kenapa saya tidak mengunakannya.
Filter UV, Fluorescent dan Polarizer
Filter UV, Fluorescent dan Polarizer
Untuk yang belum pernah mendengar aksesoris fotografi ini, filter adalah sebuah lensa yang biasanya berbentuk bulat dan bisa di pasang di depan lensa kamera.
Di era kamera analog / film, penggunaan filter sangat membantu sekali, tapi di era digital, penggunaan filter tidak sepenting dulu.
Mengapa demikian? semua ini terkait dengan fungsi filter. Sebagian filter berguna untuk menyaring warna, menambah kontras, dan membuat efek tertentu seperti melembutkan foto. Nah, di era digital sekarang, kita lebih mengunakan software untuk menyaring warna seperti Adobe Photoshop , Lightroom, Aperture dan lain-lain.
Contoh lens flare
Contoh lens flare
Sebenarnya ada juga kegunaan filter yang bagus di jaman digital, yaitu untuk melindungi bagian depan lensa dari goresan, benturan dan lain. Namun kalau Anda memakai filter yang berkualitas rendah, biasanya itu malah mengurangi kualitas foto misalnya ketajaman dan kontras. Filter yang kurang berkualitas juga membuat foto yang dihasilkan beresiko kena flare (lihat ilustrasi).
Jadi, kalau ingin memakai filter, jangan terburu-buru membeli filter yang murah, tapi belilah yang berkualitas.

Beberapa jenis filter populer dan kegunaannya:

UV/ultraviolet: untuk menyaring sinar ultraviolet / keunguan. Filter ini sangat populer digunakan untuk outdoor maupun sekedar melindungi lensa.
Polarizer: Filter ini berfungsi membuat warna biru lebih dalam dan kontras, dan juga mengurangi refleksi pada permukaan seperti kaca dan air.
contoh-filter-polarizer
Kiri: tanpa filter, Kanan: dengan filter Polarizer, warna biru langit menjadi lebih gelap dan keluar
Filter Polarizer juga efektif mengurangi refleksi
Filter Polarizer juga efektif mengurangi refleksi
Neutral Density (ND): Filter ini berfungsi mengurangi cahaya yang masuk. Biasanya digunakan supaya kita bisa mengunakan bukaan lensa yang besar di lingkungan cahaya yang terang di luar ruangan.

Dengan mengunakan filter bergradasi dengan benar, kita bisa menyeimbangkan eksposur langit dengan permukaan bumi
Dengan mengunakan filter bergradasi dengan benar, kita bisa menyeimbangkan eksposur langit dengan permukaan bumi
Graduated Neutral Density: Filter ini berfungsi mengurangi cahaya yang masuk tapi bergradasi sampai setengah dari lensa. Biasa digunakan untuk foto pemandangan, untuk menyeimbangkan warna langit dengan permukaan bumi. Di era digital, banyak fotografer mengunakan teknik HDR (high dynamic range) untuk menghasilkan efek yang sama.
Diffusion / Soft: Filter untuk memberikan efek difusse / lembut. Di era digital, fotografer mengandalkan software untuk membuat efek ini.
Color correction: Untuk menyaring warna-warna tertentu seperti warna lampu tungsten. Filter-filter ini sudah jarang digunakan karena di era digital, kita dengan mudah mengubah setting white balance.
Close-up / Macro: Filter yang membuat Anda bisa fokus lebih dekat dengan subjek. Salah satu cara murah untuk mengubah lensa Anda menjadi lensa makro. Tapi tentunya hasilnya tidak sedetail dan setajam lensa khusus makro.
Mudah-mudahan tulisan ini cukup jelas dan membantu teman-teman sekalian dalam menentukan untuk mengunakan jenis filter tertentu atau tidak sama sekali.


http://www.infofotografi.com/blog/2010/08/peranan-filter-di-dunia-digital-fotografi/

Canon atau Nikon?

Banyak orang menanyakan kepada saya, beli kamera digital SLR mana yang baik, merek Canon atau Nikon. Kadang-kadang saya juga menerima pertanyaan tentang merek lain. Tapi kali ini saya akan mengupas secara singkat perbedaan antara Canon dan Nikon. Mudah-mudahan setelah membaca ini, semua menjadi lebih jelas. Kamera DSLR yang dibahas dibawah ini adalah kamera yang beredar tahun 2009.

Kamera DSLR pemula

nikon-d3000Di bagian pemula, Canon memiliki kamera seri 1000D, 450D dan 500D.   Kamera-kamera ini relatif ringan dan kecil. Tidak seperti kamera DSLR Sony, Pentax dan Olympus, kamera Canon dan Nikon tidak memiliki built-in image stabilization, tapi mereka mengunakan teknologi image stabilization di lensa. ada beberapa akibat yang ditimbulkan, misalnya kalau Anda beli lensa lama terutama lensa fixed (yang tidak bisa zoom), Anda tidak bisa menikmati fasilitas ini. Kelebihan kamera-kamera Canon adalah fitur yang lengkap dan juga kompatibilitas ke semua lensa Canon EOS dari yang murah sampai mahal.
Di sisi lain, Nikon memiliki D40, D60, D3000, dan D5000. Kamera-kamera ini tidak memiliki motor auto fokus, jadi bila Anda memakai lensa-lensa lama yang tidak ada motor fokusnya termasuk banyak lensa fixed, maka Anda terpaksa mengunakan manual fokus. Ini bukan masalah besar bila Anda tidak berniat membeli lensa tambahan atau cuma berniat membeli lensa baru yang ada motor fokusnya. Nikon D40, D60, D3000 tidak memiliki live view seperti kamera-kamera Canon, tapi ergonomi kamera-kamera Nikon saya rasa lebih baik (lebih pas ditangan). Khusus untuk Nikon D5000, kamera ini memiliki LCD yang bisa diputar dan mampu merekam video seperti Canon 500D.

Kamera DSLR tingkat menengah atas

canon-7dDi bagian kamera DSLR menengah ke atas, kamera Canon terkenal atas kualitas konstruksi badan kamera yang kokoh dan terbuat dari magnesium alloy. Kamera ini juga lebih tahan cuaca dan debu tapi tidak teruji saat hujan deras. Selain itu, kamera Canon seperti EOS 40D, 50D bisa menembak 6-6.5 kali per detik. Canon 7D yang baru bisa menembak 8 kali per detik. Kualitas gambar juga baik, walaupun ini tergantung dari lensa juga. Canon 40D hanya memiliki 10 mp, 50D memiliki 15 mp dan 7D memiliki 18 mp.
Di sisi lain, Keunggulan semua kamera Nikon di kelas ini terletak pada fitur wireless flash commander sehingga Anda bisa mengatur kekuatan flash dan menembak flash secara wireless. Meski sangat dasar dan tidak bisa bekerja di segala situasi, tapi ini sangat membantu terutama untuk foto potret.  Canon 7D juga memiliki fitur ini, tapi Canon 40D-50D tidak ada.  Nikon  juga memiliki keunggulan di ergonomi, kontrol kamera, dan sistem 51 auto fokusnya sudah terbukti jitu terutama mengikuti subjek. Filosofi Nikon agak berbeda dengan Canon, Nikon tetap bertahan mengunakan sensor 12 mp untuk semua kamera di kelas ini, tapi Nikon lebih memfokuskan pada kontrol noise (bintik2 pada gambar yang muncul di setting ISO yang tinggi).

Kamera DSLR kelas profesional

Kamera DSLR di kelas ini sangat mahal, ditandai dengan harga $2450 sampai $9900. Sensor kamera kelas ini lebih besar daripada kamera-kamera yang dibahas diatas, sehingga kualitas gambar meningkat.
Di kelas ini, terdapat dua jenis kamera, kamera jenis pertama berbadan kecil, seperti kamera kelas menengah.
Nikon memiliki Nikon D700, kamera ini terkenal karena kemampuannya menghasilkan gambar yang bersih dan terang di tempat yang gelap karena kemampuannya menekan noise di ISO tinggi. Kamera ini bisa menembak 5 kali per detik, dan bila dipakaikan battery grip, maka kamera ini bisa menembak sampai 8 kali per detik. Kekurangan kamera ini yaitu hanya beresolusi 12 megapiksel dan juga tidak bisa merekam video. Karakteristik inilah yang membuat Nikon D700 lebih diminati oleh para fotojurnalis dan fotografer olahraga. Disisi lain, Canon memiliki 5D mark II. Kamera ini beresolusi tinggi (21 mp) dan mampu merekam video. Namun ketepatan dan kecepatan auto fokusnya tidak sebaik Nikon D700.
canon-eos-1d-mark-iv-frontKamera profesional tingkat atas terbagi dua jenis (kamera ini ditandai dengan badan kamera yang besar dan bergabung dengan battery grip) - Lihat gambar disamping kanan.
Pertama di desain dengan penekanan kepada kecepatan, yang kedua untuk resolusi dan kualitas gambar. Di jenis pertama, Canon baru mengeluarkan Canon 1d mark IV, kamera super kencang ini bisa menembak 10 kali / detik, dan bisa merekam video. Nikon juga baru mengeluarkan Nikon D3s, yang bisa menembak 9-11 kali / detik dan juga bisa merekam video. Perbedaaan utama kamera tersebut ada dua. Canon 1d mark IV memiliki sensor lebih kecil, tapi memiliki jangkauan 1.3 lebih panjang, uniknya, Canon 1d mark IV memiliki resolusi gambar lebih besar yaitu 16 mp dibanding Nikon 12 mp. Akibatnya, Nikon D3s memiliki kontrol noise yang sangat baik di ISO tinggi. Keunggulan lain kamera Canon yaitu bisa mengatur nilai-nilai eksposur waktu merekam video. Kamera jenis ini banyak dipakai fotojurnalis atau fotografer olahraga.
Kamera profesional jenis kedua menekankan pada resolusi dan kualitas gambar. Kamera-kamera ini (Canon 1ds-mark III dan Nikon D3x) sangat mahal tapi  hasil gambarnya terbaik untuk kelas DSLR. Kamera-kamera ini cocok untuk studio seperti fashion, komersial, potret, produk dan sebagainya.

Kesimpulan

Kamera pemula Canon memiliki fitur yang lebih lengkap dari kamera Nikon. Kamera Canon juga sepenuhnya kompatibel dengan lensa-lensa Canon EOS. Tetapi, kamera pemula Nikon memiliki ergonomi yang lebih baik, jadi lebih pas ditangan. Di kelas menengah ke atas, Canon memiliki strategi untuk meningkatkan resolusi gambar, sedangkan Nikon lebih condong untuk meningkatkan kualitas gambar di ISO tinggi (baik untuk foto di situasi yang gelap). Kamera terbaru masing2, Nikon D300s dan Canon 7D bersaing cukup ketat dan sama-sama berkinerja dan berfitur cukup lengkap. Di kelas profesional, kamera Canon lebih cocok untuk foto studio, sedangkan kamera Nikon lebih cocok untuk foto olahraga, dan fotojurnalis.

http://www.infofotografi.com/blog/2009/11/memilih-kamera-digital-canon-atau-nikon/

Memilih lensa

Banyak orang yang tidak ingin direpotkan dengan ritual ganti-ganti lensa dan membawa lensa tambahan, oleh sebab itu, lensa sapujagat lahir. Lensa ini memiliki jangkauan fokus yang luas, dari lebar sampai panjang (tele).
canon-350d-tamron-18-250mm
Kamera pemula Canon dan lensa Tamron 18-250mm, kecil2 tapi jangkauannya panjang
Di pasaran, lensa model ini ada yang mahal dan ada yang mura, ada yang kualitasnya baik, ada yang kualitasnya buruk.
Inilah lensa sapujagat yang saya rekomendasikan:

1. Nikon 18-200mm VR f/3.5-5.6 VR versi II – harga sekitar 6.5 – 7 juta

Kalau memakai kamera Nikon, lensa ini bisa dibilang yang terbaik dari kualitas foto dan desain bodinya. Performa auto fokus juga bisa diandalkan. Kualitas fotonya sangat baik dan tajam di 18-70mm, setelah itu kualitasnya akan merosot terutama antara 135-200mm. Selain itu, harganya relatif tinggi dan mungkin lebih mahal dari kamera Anda.

2. Canon 18-200mm f/3.5-5.6 IS – harga sekitar 5.5 – 6 juta

Kualitas foto mungkin tidak setajam Nikon di 18-70mm, tapi secara keseluruhan, lensa ini lebih konsisten dari Nikon, terutama untuk foto jarak jauh (tele). Harganya juga jauh lebih murah. Sayangnya auto fokusnya masih mengunakan teknologi lama, jadi masih ada suara dan kurang cepat. Untuk pengguna kamera Canon, lensa ini adalah pilihan terbaik.

3. Tamron 18-270mm f/3.5-6.3 VC Macro – harga sekitar 5 juta

Lensa ini adalah lensa dengan jangkauan paling jauh dibandingkan dengan lensa diatas. Kualitas foto cukup baik dari 18-135mm setelah itu agak menurun terutama di ujungnya, yaitu 200-270mm. Lensa ini layak menjadi pilihan bila Anda ingin memiliki lensa yang berjangkauan sangat jauh, seperti foto satwa liar (wildlife).  Kekuranganya (seperti lensa Tamron secara umum) terletak pada performa auto fokus yang sedikit berisik dan sering gagal mengunci subjek foto.

4. Tamron 18-250mm f/3.5-6.3 Macro – harga sekitar 3 juta

Harga paling murah, bukan berarti paling jelek, tapi sebaliknya, kualitas foto lebih konsisten daripada lensa Tamron 18-270mm diatas dan Sigma 18-250mm dibawah. Ukurannya juga lebih kecil dan ringan, cocok untuk dibawa jalan-jalan. Kekurangannya adalah tidak memiliki built-in stabilizer, jadi pengguna kamera Canon / Nikon agak kesulitan bila foto di ruangan yang gelap.

5. Sigma 18-250mm f/3.5-6.3 OS HSM – harga sekitar 5 juta

Desain lensa ini dan performa auto fokusnya lebih cepat, hampir tidak bersuara dan lebih akurat dari lensa-lensa Tamron diatas. Tapi kualitas fotonya malah kurang konsisten. Misalnya di jarak fokus 18mm foto tajam, tapi di 50mm, tidak tajam.
Catatan: Lensa Tamron, Sigma tersedia untuk kamera Nikon, Canon, Sony dan Pentax.
Demikian posting saya kali ini, mudah-mudahan bermanfaat.


http://www.infofotografi.com/blog/2010/11/memilih-lensa-sapujagat/#more-739

Sabtu, 27 November 2010

Tips wedding fotografi

Posting ini akan membahas beberapa tips untuk fotografi pernikahaan dengan gaya fotojurnalistik atau dikenal juga dengan dengan istilah candid.

1. Refleksi

Manfaatkan pantulan pada cermin untuk mendapatkan dua frame sekaligus, seperti dibawah ini
DSC_3814Terkadang, pantulan dari pintu, air atau yang lainnya bisa membuat efek yang artistik
DSC_3725Foto pengantin wanita sewaktu make-up melalui cermin merupakan salah satu teknik klasik. Tantangannya adalah jangan sampai Anda juga ikut terpantul di cermin tersebut.

kartika-mirror

2. Hubungan antar manusia

Berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan pengantin, keluarganya dan bahkan tamu dapat menambah wawasan kita dan juga dalam menentukan momen yang bernilai untuk diabadikan.
Seperti foto dibawah ini, dimana saya menangkap ekspresi dari seorang Ayah dari pengantin yang sangat berbahagia karena kehadiran tamu. Sebelumnya, saya sempat berkomunikasi dengannya dan saya mendapatkan impresi memang Bapak yang satu ini sangat mementingkan hubungan baik antar keluarga dan sanak saudara. Tanpa wawasan tersebut, mungkin foto ini tidak akan saya ambil.
kartika-1

3. Anak-anak

Seringkali, banyak anak-anak yang lucu-lucu di pernikahaan, banyak yang memakai baju yang cantik dan menarik. Selain itu, anak-anak terlihat innocent (tampang tak berdosa) dan interaksi mereka kadang terlihat lucu. Tantangan foto anak-anak adalah mereka memiliki perhatian dan kesabaran yang sangat sedikit, dan mereka berpindah-pindah dalam waktu singkat. Untuk itu diperlukan stamina dan antisipasi yang baik.
kartika-kids-1kartika-kids-2starlet

4. Emosi dan ekspresi

Pada dasarnya, penampilan luar atau ekspresi kita adalah pancaran dari hati atau emosi kita. Bila kita senang, ekspresi kita pun bahagia. Di dalam sebuah pernikahaan, kita banyak menemukan ekpresi-ekpresi yang menarik, dari yang gugup, gembira, senang, bahagia dan sebagainya. Namun, untuk menangkap the defining moments (saat-saat yang menentukan) yaitu sekejab perasaan jiwa sang subjek, maka kita harus antisipasi dengan baik dan mengambil foto pada saat yang tepat.
Dibawah ini, salah satu ekpresi wajah pengantin pria saat diberi kejutan pada hari pernikahaannya sekaligus hari ulang tahunnya
DSC_4268
Saat wedding dance, pengantin pria ini seakan-akan ingin mengatakan I love you, dengan ekpresinya.
kartika-roby

Merangkul keterbatasan

Saya pertama kali mengetahui konsep ini dari buku Rework oleh 37 Signal, sebuah perusahaan software, dan saya rasa ada relevansinya dengan fotografi.
Konsepnya kurang lebih begini: “Keterbatasan adalah hal yang baik
Sering kali kita mengeluh, bahwa peralatan fotografi kita kurang bagus. Cuma punya kamera saku atau kamera film yang sudah usang, lensa kita kurang lengkap, ga ada uang untuk pergi ke luar negeri, dan lain lain.
Bila dilihat dari sisi positifnya, keterbatasan bisa membuat kita berpikir lebih kreatif, dan malah ilmu fotografi kita bisa berkembang jauh lebih pesat.
Bayangkan bila kita memiliki banyak lensa dan kamera, belum apa-apa kita sudah bingung mau memilih apa yang harus dibawa. Akhirnya kita membawa semua peralatan fotografi kita tentunya dengan tas besar. Sampai di lokasi kita kecapean karena beban yang kita pikul.
Setelah itu, kita bingung, mau memilih kamera dan lensa apa yang harus digunakan. Akhirnya kita jadi stres, hasil foto gak maksimal, bahu rasanya mau copot.
Apabila sejak awal kita membatasi diri dengan hanya membawa satu kamera dan satu lensa saja (apapun lensanya), maka kita akan lebih menikmati hari kita dan juga foto kita tentu lebih banyak yang baik. Kita juga akan belajar lebih banyak karena keterbatasan kamera dan lensa yang kita bawa, memaksa kita harus lebih kreatif.
Lalu banyak juga yang mungkin merasa kecil hati karena tidak memiliki uang atau kesempatan untuk ke luar negeri untuk foto-foto. Foto pemandangan atau potret di luar negeri dianggap lebih bagus daripada dalam negeri atau dalam kota. Pemikiran semacam ini sebenarnya membuat kita kurang berkembang.
Saat kita ingin keluar negeri untuk foto-foto, orang asing malah sibuk ingin datang ke daerah kita. Mengapa kita gak membuat keterbatasan ini sebagai kesempatan untuk membuat foto yang lebih menarik di dekat tempat tinggal kita? Misalnya mencoba hal-hal kreatif seperti mengambil sudut pandang yang berbeda dari pada yang lain atau membuat foto panorama atau hitam putih.
Keterbatasan sering merupakan keuntungan yang terselubung. Di saat kita terlalu banyak pilihan, malah kita tidak boleh ragu membatasinya untuk mendapatkan hasil yang optimal.


Sumber : http://www.infofotografi.com/blog/2010/05/merangkul-keterbatasan/

Etika Fotografer

Sebagai makhluk sosial, sebagai fotografer, kita tidak luput dari hubungan manusia. Bila kita hobi foto potret, maka kita akan berhubungan langsung dengan modelnya. Kalaupun hobi kita foto pemandangan, tetap saja kita harus berhubungan dengan orang lain di lokasi  untuk mendapatkan informasi atau bantuan.
Maka dari itu masalah etika, adalah masalah yang penting. Namun topik ini biasanya jarang di bahas, fotografer biasanya lebih tertarik membahas soal kamera, lensa, pencahayaan dan lain lain.
Maksud dari etika versi saya adalah bagaimana cara kita berhubungan antar manusia, antara fotografer dan model, antara fotografer dengan asisten, atau dengan masyarakat lokal. Dengan memiliki etika yang baik, fotografer tentunya diuntungkan dengan mendapatkan foto yang lebih berarti, enak dilihat dan alami. Orang-orang di sekitar kita pun akan lebih senang membantu kita.
Secara garis besar, memiliki etika yang baik berarti fotografer bersikap rendah hati, hormat terhadap orang lain, antusias dan baik hati. Dalam foto potret, misalnya, terutama bila modelnya wanita, kita menghormatinya dengan tidak menyentuh saat mengarahkan. Menyentuh model wanita sangat tidak sopan terutama di Asia dan membuat model tersebut menjadi tidak nyaman. Selain itu, hindari kebiasaan berbicara dengan nada memerintah  dan sering-seringlah memuji atau berterima kasih bila memang patut.
Saat foto potret, seringkali model kita tidak berpengalaman atau kaku di depan kamera. Hal ini wajar, dan bisa diatasi dengan banyak berkomunikasi dengan mereka. Banyaklah bertanya kepada mereka, tentang hal-hal yang berkaitan dengan mereka, misalnya bila ia seorang musisi, maka tanyakanlah tentang hal berbau musik, atau paling tidak hidup mereka secara umum. Hindari perbincangan tentang hal-hal negatif seperti perang, dan hindari topik SARA.
Seiring dengan waktu, dengan berkomunikasi dengan mereka, mereka akan merasa lebih nyaman. Saat berinteraksi dengan mereka, Anda bisa memperhatikan bahasa tubuh mereka, sehingga memiliki ide sudut pandang  dan pose yang terbaik untuk mengambil foto. Hasilnya adalah foto yang lebih alami dan lebih cocok dengan karakter mereka.
Dengan berkomunikasi dan berusaha mengenal keluarga multikultural ini, mereka menjadi nyaman akan kehadiran saya, alhasil saya bisa mengambil foto ini. Saya menyukai foto ini karena secara alami melukiskan cinta ibu terhadap anak dan kesibukan sang ayah di depan komputer
Dengan berkomunikasi dan berusaha mengenal keluarga multikultural ini, mereka menjadi nyaman akan kehadiran saya, alhasil saya bisa mengambil foto ini. Saya menyukai foto ini karena secara alami melukiskan cinta ibu terhadap anak dan kesibukan sang ayah di depan komputer
Maka dari itu, untuk foto potret, saya lebih menyukai foto sendiri daripada foto bersama kelompok fotografer lainnya. Dengan kehadiran banyak fotografer atau asisten dengan peralatan-peralatan yang rumit, kesempatan untuk berkomunikasi dengan model menjadi hampir tidak ada. Malahan yang terjadi adalah model akan merasa semakin tidak nyaman dan ini akan tercermin pada raut muka dan bahasa tubuh mereka.
Bayangkan bila Anda adalah modelnya, sangat tidak nyaman bukan? Seperti rusa muda yang siap diterkam serigala-serigala lapar
Bayangkan bila Anda adalah modelnya, sangat tidak nyaman bukan? Seperti rusa muda yang siap diterkam serigala-serigala lapar dari segala penjuru, depan, bawah dan samping.
Singkatnya, perlakukan orang-orang sekitar seperti Anda ingin diperlakukan. Dengan demikian, fotografi Anda akan bisa lebih maju. Selamat mencoba.


http://www.infofotografi.com/blog/2010/06/etika-fotografer/

Jumat, 26 November 2010

Aspek teknis dalam fotografi

Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat foto yang kita inginkan.

EXPOSURE / PENCAHAYAAN

Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.
Saya sendiri menyukai Aperture Priority, karena saya bisa fokus dalam mengendalikan berapa kabur latar belakang foto.
Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur, segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil foto-foto Anda akan lebih konsisten.

EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI

Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya /metering yang aktif  dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.
Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, 200mm, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1
Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1

MENCEGAH FOTO KABUR / GOYANG

Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu. Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci, bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh: minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
Untuk faktor kedua, saya pernah menulis artikel Supaya foto tidak kabur [bagian 1 | bagian 2].
Foto #2
Foto #2
Keterangan Foto #2: Untuk membekukan foto penari, saya mengunakan setting AF-C (Nikon) / Ai Servo (Canon) supaya auto fokusnya tetap terkunci pada penari tersebut meski bergerak dengan cepat. Lalu saya juga mengunakan shutter speed yang cukup tinggi. Saya juga mengunakan kompensasi ekposur untuk mengkompensasikan latar belakang yang hitam pekat. Data Teknis: Aperture priority (Av) mode f/4, 1/200 detik, EC -1 1/3, AF-C, ISO 1250, 70mm.

DEPTH OF FIELD / KEDALAMAN FOKUS

Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Untuk membuat efek seperti itu, saya pernah menulis artikel faktor-faktor yang menentukan latar belakang menjadi kabur.
Di foto ini, saya mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu, lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4,  85mm, 1/1600 detik ISO 200
Di foto ini, saya mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu, lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4, 85mm, 1/1600 detik ISO 200

WHITE BALANCE

wb-white-balance
Contoh beberapa preset White Balance
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga), maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin / kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru, makin tinggi makin kekuningan.

PENUTUP

Sebelum mengembangkan fotografi secara artistik, tentunya kita harus menguasai hal-hal teknis terlebih dahulu. Maka itu, kita benar-benar perlu sungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Lalu saya perlu tekankan juga bahwa untuk menguasai hal-hal teknis, tidak diperlukan kamera atau lensa yang canggih yang mahal. Asal kameranya punya fungsi Manual dan semi otomatis seperti Aperture priority atau Shutter priority, maka Anda bisa mempraktekkan prinsip-prinsip fotografi diatas.
Banyak juga yang di bahas di artikel ini, semoga bisa dipahami dan selamat berlatih.

Berperang dengan Noise

Noise atau kumpulan bintik-bintik pada foto sering membuat jengkel karena membuat kualitas foto menjadi buruk. Sebelum membahas bagaimana mengatasi Noise, kita perlu mengetahui apa sih yang menyebabkan noise?
  • Ukuran sensor : Sensor berukuran besar seperti pada kamera digital SLR terutama sensor full frame memproduksi noise lebih sedikit daripada sensor berukuran kecil yang biasanya terdapat di kamera saku atau telepon seluler. Hanya saja, kamera digital SLR bersensor full frame sangat mahal dan tidak semua orang mampu membelinya. Oleh sebab itu, gunakan kamera bersensor paling besar sesanggup Anda.
  • ISO Tinggi: Foto dengan setting ISO tinggi akan meningkatkan noise. Ada waktunya kita mengunakan ISO tinggi, tapi untuk hasil maksimal, gunakanlah ISO rendah (misalnya ISO 400 atau kebawah).
  • Temperatur cahaya yang tinggi : Semakin tinggi temperatur cahaya (diukur dengan derajat Kelvin) semakin tinggi noise. Yang dimaksud dengan temperatur yang tinggi adalah warna cahaya yang kekuningan atau jingga sedangkan temperatur yang rendah adalah warna cahaya yang kebiruan.
  • Eksposur yang lama: Semakin lama kita membuka sensor untuk merekam gambar, semakin tinggi noise yang akan dihasilkan.
  • Underexposure: Saat foto yang diambil pencahayaannya kurang, noise akan muncul lebih banyak terutama di daerah yang gelap atau daerah bayangan. Maka dari itu menentukan setting eksposur yang optimal sangat penting. Untuk mengamati apakah foto over/under, Anda bisa memanfaatkan info pada histogram.
Kadang kala karena keadaan yang tidak memungkinkan, kita terpaksa mengunakan setting atau alat yang kurang ideal sehingga foto kita banyak noise. Tapi jangan putus asa terlebih dahulu karena kita juga bisa mengunakan software tertentu untuk mengurangi noise.
noise
Contoh bintik-bintik pada foto / noise
Salah satu cara yg populer adalah dengan mengambil foto bertipe RAW (Jenis file berukuran besar dan berkualitas tertinggi dibandingkan jenis JPG). Lalu mengunakan software khusus untuk kamera tersebut dan mengurangi noise yang timbul.
Selain itu, kita juga bisa membuka file tersebut di berbagai software pengolah foto lainnya seperti Adobe Photoshop , Adobe Lightroom, Noise Ninja, Neat Image dan sebagainya. Di dalam software tersebut, tersedia beberapa tools/alat untuk mengurangi noise.
Di banyak kamera, juga tersedia fitur NR (Noise Reduction). Fitur ini cukup membantu apabila And merekam foto jenis JPG. Tapi sebagian besar kamera tidak memiliki NR yang baik, sehingga kualitas foto menjadi turun dan detil detil halus menjadi hilang.
Kadang, noise juga bukan menjadi musuh kita melainkan menjadi teman kita, misalnya untuk memberikan efek tekstur pada foto, menjadikan foto berkesan klasik. Memvisualisasikan foto yang mana yang cocok memiliki noise yang banyak atau tanpa noise akan membuat foto Anda terlihat lebih menarik.
“Bila tidak bisa mengalahkan lawan, bergabunglah bersama mereka.”

Segala hal tentang lensa telefoto

Biasanya, orang-orang mengunakan lensa telefoto untuk memperbesar subjek di kejauhan, tapi sebenarnya masih banyak fungsi lensa telefoto yang lain. Artikel ini akan membahas segala tentang lensa ini.
Pertama-tama, mari kita definisikan apa yang termasuk lensa telefoto. Menurut saya sebuah lensa dianggap sebagai lensa telefoto bila memiliki rentang fokal 60mm atau lebih (ekuivalen kamera full frame). Lebih lebar dari 60mm, termasuk lensa standar atau lensa lebar.
Ada dua tipe lensa telefoto: satu adalah lensa telefoto yang tidak bisa zoom, seperti Canon EF 85mm f/1.8. Yang kedua adalah lensa zoom, seperti Canon 70-200mm f/4 L. Lensa yang bisa zoom lebih multi fungsi, tapi yang tidak bisa zoom biasanya memiliki bukaan maksimal yang lebih lebar, berukuran kecil dan lebih lebar. Ada juga lensa sapu jagad, yang memiliki rentang fokal dari lebar sampai telefoto. Contohnya lensa 18-200mm.
Mari kita kupas karakter lensa telefoto.

Memperbesar subjek foto

Karakter yang paling menonjol dari lensa telefoto adalah membesarkan subjek di kejauhan. Karakter ini membuat lensa telefoto menjadi sering digunakan untuk fotografi olahraga, satwa liar, arsitektur, pemandangan atau subjek lain dimana Anda tidak bisa mendekati lebih dekat lagi. Lensa telefoto juga ideal untuk mengambil gambar secara candid, karena saya bisa mengambil gambar dari kejauhan tanpa diketahui oleh orang yang diambil gambarnya.
Dengan mengunakan lensa telefoto, penari yang berada jauh dari kita terlihat besar dan dekat

Makro atau close-up

Meskipun kita bisa memperbesar subjek foto di kejauhan, tapi sebagian besar lensa telefoto tidak sesuai untuk memperbesar subjek dari jarak dekat (makro fotografi). Hal ini disebabkan karena banyak lensa telefoto tidak bisa fokus dekat dengan subjek foto. Solusi atas hal ini adalah memakai lensa telefoto khusus untuk fotografi makro, seperti Canon EF 100mm f/2.8 USM, atau Nikon 85mm f/3.5 DX VR.

Kedalaman fokus yang tipis

Semakin jauh rentang fokal yang digunakan, daerah yang tidak fokus di foto (latar belakang misalnya) menjadi semakin buram. Karena karakter ini, lensa telefoto banyak digunakan untuk foto potret. Karena ini bisa membuat orang yang meliat foto fokus dalam melihat subjek foto daripada latar belakang.

Efek Kompresi

Karakter lain dari lensa telefoto adalah lensa telefoto membuat foto menjadi seperti terkompresi. Latar belakang dan subjek foto sepertinya menjadi terlihat dekat, foto menjadi terlihat dua dimensi. Maka dari itu, banyak fotografer memilih lensa lebar untuk foto pemandangan karena lensa lebar membuat foto menjadi berkesan tiga dimensi.
Meskipun demikian, kadang-kadang lensa telefoto lebih baik daripada lensa lebar untuk foto pemandangan. Misalnya, lensa telefoto dapat membuat bulan atau matahari lebih besar dari pandangan mata telanjang, sehingga membuat pemandangan menjadi lebih dramatis. Lensa telefoto juga bisa membuat latar belakang seperti pegunungan menjadi lebih dekat dan lebih besar daripada sesungguhnya.
Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi
Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi

Potret

Seperti yang saya bahas sebelumnya, lensa telefoto cukup populer bagi foto potret, terutama foto close-up atau kepala dan bahu. Lensa telefoto bisa membuat seseorang menjadi lebih menarik, karena lensa ini bisa mengeliminasi distorsi wajah. Dan karena kedalaman fokus tipis, potret wanita menjadi menarik karena efek lembut yang ditimbulkan. Di lapangan, banyak fotografer fashion yang mengunakan lensa telefoto yang sangat panjang seperti lensa 200mm atau lebih panjang lagi.

Foto grup

Banyak orang percaya bahwa untuk mengambil foto grup, terutama yang memuat banyak orang, memerlukan lensa lebar. Tapi lensa lebar membuat distorsi terutama di pinggir foto. Menurut saya, mengunakan lensa telefoto untuk foto grup lebih baik.
Ketika kita mengambil foto grup yang berukuran besar dan bertingkat-tingkat, lensa telefoto menjadi lebih berguna karena wajah orang-orang di belakang akan terlihat kurang lebih sama besar daripada orang di depan. Bila Anda mengunakan lensa lebar, maka foto orang yang baris belakang, akan terlihat jauh lebih kecil daripada orang-orang dibaris paling depan, kecuali bila kita mengambil foto dari ketinggian.
Dengan mengunakan lensa telefoto saat mengambil foto grup, efek distorsi yang biasa terdapat di lensa lebar bisa dieliminasi.

Tantangan dalam mengunakan lensa telefoto

Akan ada beberapa tantangan saat memakai lensa telefoto. Pertama, akan lebih sulit membuat kamera dan lensa stabil sehingga foto yang dihasilkan tidak kabur/buram. Hal ini karena ukuran lensa telefoto yang relatif lebih besar dan berat dari lensa lebar. Untuk pengambilan foto yang sempurna, mungkin Anda memerlukan tripod atau meningkatkan shutter speed dan ISO sesuai dengan kebutuhan.
Tantangan kedua adalah ukuran yang besar dan berat. Akan lebih menyulitkan membawa lensa telefoto dalam perjalanan jauh. Anda juga akan menarik perhatian orang bila menenteng lensa telefoto yang panjang.
Tantangan ketiga yaitu luas lapangan. Anda memerlukan tempat yang cukup luas supaya lensa telefoto bisa berfungsi dengan baik. Misalnya, Anda memerlukan kurang lebih tiga meter bila ingin foto close-up dengan mengunakan lensa telefoto medium 85mm. Bila mengunakan lensa yang lebih panjang lagi, seperti 100 atau 200mm, Anda memerlukan ruang yang lebih besar lagi. Sebagian besar lensa telefoto juga memiliki minimum jarak fokus yang cukup jauh yaitu diatas 1 meter, kecuali lensa makro.
Kekurangan terakhir adalah harga. Banyak lensa telefoto dijual dengan harga lebih mahal dari lensa lebar terlebih untuk lensa telefoto yang berbukaan besar dan memiliki fitur peredam getar (image stabilization/vibration reduction). Parahnya, lensa telefoto lebih memerlukan fitur-fitur ini daripada lensa lebar.
Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm
Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm
Saya harapkan artikel ini bisa membuat saudara-saudari sekalian lebih mengerti tentang karakter lensa telefoto dan bisa mengunakan lensa telefoto lebih efektif.