Jumat, 26 November 2010

Aspek teknis dalam fotografi

Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat foto yang kita inginkan.

EXPOSURE / PENCAHAYAAN

Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.
Saya sendiri menyukai Aperture Priority, karena saya bisa fokus dalam mengendalikan berapa kabur latar belakang foto.
Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur, segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil foto-foto Anda akan lebih konsisten.

EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI

Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya /metering yang aktif  dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.
Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, 200mm, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1
Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1

MENCEGAH FOTO KABUR / GOYANG

Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu. Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci, bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh: minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
Untuk faktor kedua, saya pernah menulis artikel Supaya foto tidak kabur [bagian 1 | bagian 2].
Foto #2
Foto #2
Keterangan Foto #2: Untuk membekukan foto penari, saya mengunakan setting AF-C (Nikon) / Ai Servo (Canon) supaya auto fokusnya tetap terkunci pada penari tersebut meski bergerak dengan cepat. Lalu saya juga mengunakan shutter speed yang cukup tinggi. Saya juga mengunakan kompensasi ekposur untuk mengkompensasikan latar belakang yang hitam pekat. Data Teknis: Aperture priority (Av) mode f/4, 1/200 detik, EC -1 1/3, AF-C, ISO 1250, 70mm.

DEPTH OF FIELD / KEDALAMAN FOKUS

Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Untuk membuat efek seperti itu, saya pernah menulis artikel faktor-faktor yang menentukan latar belakang menjadi kabur.
Di foto ini, saya mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu, lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4,  85mm, 1/1600 detik ISO 200
Di foto ini, saya mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu, lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4, 85mm, 1/1600 detik ISO 200

WHITE BALANCE

wb-white-balance
Contoh beberapa preset White Balance
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga), maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin / kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru, makin tinggi makin kekuningan.

PENUTUP

Sebelum mengembangkan fotografi secara artistik, tentunya kita harus menguasai hal-hal teknis terlebih dahulu. Maka itu, kita benar-benar perlu sungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Lalu saya perlu tekankan juga bahwa untuk menguasai hal-hal teknis, tidak diperlukan kamera atau lensa yang canggih yang mahal. Asal kameranya punya fungsi Manual dan semi otomatis seperti Aperture priority atau Shutter priority, maka Anda bisa mempraktekkan prinsip-prinsip fotografi diatas.
Banyak juga yang di bahas di artikel ini, semoga bisa dipahami dan selamat berlatih.

Berperang dengan Noise

Noise atau kumpulan bintik-bintik pada foto sering membuat jengkel karena membuat kualitas foto menjadi buruk. Sebelum membahas bagaimana mengatasi Noise, kita perlu mengetahui apa sih yang menyebabkan noise?
  • Ukuran sensor : Sensor berukuran besar seperti pada kamera digital SLR terutama sensor full frame memproduksi noise lebih sedikit daripada sensor berukuran kecil yang biasanya terdapat di kamera saku atau telepon seluler. Hanya saja, kamera digital SLR bersensor full frame sangat mahal dan tidak semua orang mampu membelinya. Oleh sebab itu, gunakan kamera bersensor paling besar sesanggup Anda.
  • ISO Tinggi: Foto dengan setting ISO tinggi akan meningkatkan noise. Ada waktunya kita mengunakan ISO tinggi, tapi untuk hasil maksimal, gunakanlah ISO rendah (misalnya ISO 400 atau kebawah).
  • Temperatur cahaya yang tinggi : Semakin tinggi temperatur cahaya (diukur dengan derajat Kelvin) semakin tinggi noise. Yang dimaksud dengan temperatur yang tinggi adalah warna cahaya yang kekuningan atau jingga sedangkan temperatur yang rendah adalah warna cahaya yang kebiruan.
  • Eksposur yang lama: Semakin lama kita membuka sensor untuk merekam gambar, semakin tinggi noise yang akan dihasilkan.
  • Underexposure: Saat foto yang diambil pencahayaannya kurang, noise akan muncul lebih banyak terutama di daerah yang gelap atau daerah bayangan. Maka dari itu menentukan setting eksposur yang optimal sangat penting. Untuk mengamati apakah foto over/under, Anda bisa memanfaatkan info pada histogram.
Kadang kala karena keadaan yang tidak memungkinkan, kita terpaksa mengunakan setting atau alat yang kurang ideal sehingga foto kita banyak noise. Tapi jangan putus asa terlebih dahulu karena kita juga bisa mengunakan software tertentu untuk mengurangi noise.
noise
Contoh bintik-bintik pada foto / noise
Salah satu cara yg populer adalah dengan mengambil foto bertipe RAW (Jenis file berukuran besar dan berkualitas tertinggi dibandingkan jenis JPG). Lalu mengunakan software khusus untuk kamera tersebut dan mengurangi noise yang timbul.
Selain itu, kita juga bisa membuka file tersebut di berbagai software pengolah foto lainnya seperti Adobe Photoshop , Adobe Lightroom, Noise Ninja, Neat Image dan sebagainya. Di dalam software tersebut, tersedia beberapa tools/alat untuk mengurangi noise.
Di banyak kamera, juga tersedia fitur NR (Noise Reduction). Fitur ini cukup membantu apabila And merekam foto jenis JPG. Tapi sebagian besar kamera tidak memiliki NR yang baik, sehingga kualitas foto menjadi turun dan detil detil halus menjadi hilang.
Kadang, noise juga bukan menjadi musuh kita melainkan menjadi teman kita, misalnya untuk memberikan efek tekstur pada foto, menjadikan foto berkesan klasik. Memvisualisasikan foto yang mana yang cocok memiliki noise yang banyak atau tanpa noise akan membuat foto Anda terlihat lebih menarik.
“Bila tidak bisa mengalahkan lawan, bergabunglah bersama mereka.”

Segala hal tentang lensa telefoto

Biasanya, orang-orang mengunakan lensa telefoto untuk memperbesar subjek di kejauhan, tapi sebenarnya masih banyak fungsi lensa telefoto yang lain. Artikel ini akan membahas segala tentang lensa ini.
Pertama-tama, mari kita definisikan apa yang termasuk lensa telefoto. Menurut saya sebuah lensa dianggap sebagai lensa telefoto bila memiliki rentang fokal 60mm atau lebih (ekuivalen kamera full frame). Lebih lebar dari 60mm, termasuk lensa standar atau lensa lebar.
Ada dua tipe lensa telefoto: satu adalah lensa telefoto yang tidak bisa zoom, seperti Canon EF 85mm f/1.8. Yang kedua adalah lensa zoom, seperti Canon 70-200mm f/4 L. Lensa yang bisa zoom lebih multi fungsi, tapi yang tidak bisa zoom biasanya memiliki bukaan maksimal yang lebih lebar, berukuran kecil dan lebih lebar. Ada juga lensa sapu jagad, yang memiliki rentang fokal dari lebar sampai telefoto. Contohnya lensa 18-200mm.
Mari kita kupas karakter lensa telefoto.

Memperbesar subjek foto

Karakter yang paling menonjol dari lensa telefoto adalah membesarkan subjek di kejauhan. Karakter ini membuat lensa telefoto menjadi sering digunakan untuk fotografi olahraga, satwa liar, arsitektur, pemandangan atau subjek lain dimana Anda tidak bisa mendekati lebih dekat lagi. Lensa telefoto juga ideal untuk mengambil gambar secara candid, karena saya bisa mengambil gambar dari kejauhan tanpa diketahui oleh orang yang diambil gambarnya.
Dengan mengunakan lensa telefoto, penari yang berada jauh dari kita terlihat besar dan dekat

Makro atau close-up

Meskipun kita bisa memperbesar subjek foto di kejauhan, tapi sebagian besar lensa telefoto tidak sesuai untuk memperbesar subjek dari jarak dekat (makro fotografi). Hal ini disebabkan karena banyak lensa telefoto tidak bisa fokus dekat dengan subjek foto. Solusi atas hal ini adalah memakai lensa telefoto khusus untuk fotografi makro, seperti Canon EF 100mm f/2.8 USM, atau Nikon 85mm f/3.5 DX VR.

Kedalaman fokus yang tipis

Semakin jauh rentang fokal yang digunakan, daerah yang tidak fokus di foto (latar belakang misalnya) menjadi semakin buram. Karena karakter ini, lensa telefoto banyak digunakan untuk foto potret. Karena ini bisa membuat orang yang meliat foto fokus dalam melihat subjek foto daripada latar belakang.

Efek Kompresi

Karakter lain dari lensa telefoto adalah lensa telefoto membuat foto menjadi seperti terkompresi. Latar belakang dan subjek foto sepertinya menjadi terlihat dekat, foto menjadi terlihat dua dimensi. Maka dari itu, banyak fotografer memilih lensa lebar untuk foto pemandangan karena lensa lebar membuat foto menjadi berkesan tiga dimensi.
Meskipun demikian, kadang-kadang lensa telefoto lebih baik daripada lensa lebar untuk foto pemandangan. Misalnya, lensa telefoto dapat membuat bulan atau matahari lebih besar dari pandangan mata telanjang, sehingga membuat pemandangan menjadi lebih dramatis. Lensa telefoto juga bisa membuat latar belakang seperti pegunungan menjadi lebih dekat dan lebih besar daripada sesungguhnya.
Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi
Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi

Potret

Seperti yang saya bahas sebelumnya, lensa telefoto cukup populer bagi foto potret, terutama foto close-up atau kepala dan bahu. Lensa telefoto bisa membuat seseorang menjadi lebih menarik, karena lensa ini bisa mengeliminasi distorsi wajah. Dan karena kedalaman fokus tipis, potret wanita menjadi menarik karena efek lembut yang ditimbulkan. Di lapangan, banyak fotografer fashion yang mengunakan lensa telefoto yang sangat panjang seperti lensa 200mm atau lebih panjang lagi.

Foto grup

Banyak orang percaya bahwa untuk mengambil foto grup, terutama yang memuat banyak orang, memerlukan lensa lebar. Tapi lensa lebar membuat distorsi terutama di pinggir foto. Menurut saya, mengunakan lensa telefoto untuk foto grup lebih baik.
Ketika kita mengambil foto grup yang berukuran besar dan bertingkat-tingkat, lensa telefoto menjadi lebih berguna karena wajah orang-orang di belakang akan terlihat kurang lebih sama besar daripada orang di depan. Bila Anda mengunakan lensa lebar, maka foto orang yang baris belakang, akan terlihat jauh lebih kecil daripada orang-orang dibaris paling depan, kecuali bila kita mengambil foto dari ketinggian.
Dengan mengunakan lensa telefoto saat mengambil foto grup, efek distorsi yang biasa terdapat di lensa lebar bisa dieliminasi.

Tantangan dalam mengunakan lensa telefoto

Akan ada beberapa tantangan saat memakai lensa telefoto. Pertama, akan lebih sulit membuat kamera dan lensa stabil sehingga foto yang dihasilkan tidak kabur/buram. Hal ini karena ukuran lensa telefoto yang relatif lebih besar dan berat dari lensa lebar. Untuk pengambilan foto yang sempurna, mungkin Anda memerlukan tripod atau meningkatkan shutter speed dan ISO sesuai dengan kebutuhan.
Tantangan kedua adalah ukuran yang besar dan berat. Akan lebih menyulitkan membawa lensa telefoto dalam perjalanan jauh. Anda juga akan menarik perhatian orang bila menenteng lensa telefoto yang panjang.
Tantangan ketiga yaitu luas lapangan. Anda memerlukan tempat yang cukup luas supaya lensa telefoto bisa berfungsi dengan baik. Misalnya, Anda memerlukan kurang lebih tiga meter bila ingin foto close-up dengan mengunakan lensa telefoto medium 85mm. Bila mengunakan lensa yang lebih panjang lagi, seperti 100 atau 200mm, Anda memerlukan ruang yang lebih besar lagi. Sebagian besar lensa telefoto juga memiliki minimum jarak fokus yang cukup jauh yaitu diatas 1 meter, kecuali lensa makro.
Kekurangan terakhir adalah harga. Banyak lensa telefoto dijual dengan harga lebih mahal dari lensa lebar terlebih untuk lensa telefoto yang berbukaan besar dan memiliki fitur peredam getar (image stabilization/vibration reduction). Parahnya, lensa telefoto lebih memerlukan fitur-fitur ini daripada lensa lebar.
Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm
Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm
Saya harapkan artikel ini bisa membuat saudara-saudari sekalian lebih mengerti tentang karakter lensa telefoto dan bisa mengunakan lensa telefoto lebih efektif.